INSTRUKSI KERJA (IK) Perkuatan Pondasi SUTT 150 kv
Unduh Download IK ini disini format word docx
1. TUJUAN
Instruksi Kerja ini dibuat sebagai pedoman
pelaksanaan kegiatan perkuatan pondasi tower SUTT 150 KV, agar seluruh kegiatan
berjalan aman, efisien, dan sesuai standar mutu serta keselamatan kerja (K3)
yang berlaku di lingkungan PT. Maju Mundur.
2.
RUANG
LINGKUP
Meliputi pelaksanaan
●
Perkuatan Pondasi Tower pada jaringan
transmisi SUTT 150 KV
●
Termasuk pekerjaan persiapan,
pelaksanaan, finishing, dan pengendalian mutu (QA/QC)
3.
ANALISA RESIKO
A.
Potensi Risiko:
·
Tersengat induksi listrik dari jaringan transmisi.
·
Tertimpa alat/material saat pekerjaan berlangsung.
·
Tersandung batu atau tersayat benda tajam di area kerja.
·
Kerusakan member tower existing akibat metode kerja yang tidak sesuai
prosedur.
B.
Tindakan Pencegahan:
·
Selalu memakai Alat Pelindung Diri (APD) lengkap dan layak pakai.
·
Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan IPBPR (Instruksi Pekerjaan Berisiko
Potensial dan Rutin), JSA (Job Safety Analysis), dan SOP yang berlaku.
·
Melakukan safety briefing dan toolbox meeting harian.
·
Menjaga jarak aman dari konduktor bertegangan dan melakukan grounding
sementara bila diperlukan.
4. PERSONIL YANG TERLIBAT
No |
Jabatan/Tim |
Tugas
Utama |
1 |
Pengawas
Lapangan |
Memastikan
pekerjaan dilaksanakan sesuai IK & gambar teknis. |
2 |
Pengawas
K3 |
Mengawasi
penerapan prosedur keselamatan dan penggunaan APD. |
3 |
Mandor
/ Foreman |
Mengatur
tenaga kerja dan pembagian tugas di lapangan. |
4 |
Pekerja
Pondasi |
Melaksanakan
pekerjaan galian, pembesian, dan pengecoran. |
5 |
Tim
Langsir Material |
Distribusi
material ke titik kerja. |
6 |
Tim
Fabrikasi Besi |
Fabrikasi
tulangan pondasi dan chimney. |
7 |
Tim
Test Pit/Tracing |
Melakukan penggalian
lubang uji (test pit) untuk verifikasi utilitas/kondisi tanah, dan
melaksanakan tracing/pengukuran koordinat lapangan. |
5.
REFERENSI
· UU No. 1 tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
·
SK Direksi No.
90/DIR/2005 tentang Pedoman Keselamatan Instalasi
·
SK Direksi No.
92/DIR/2005 tentang Pedoman Keselamatan Kerja
·
Perdir 520
Tahun 2014 tentang Pemeliharaan Peralatan Transmisi
·
SNI 1727:2020
dan SNI 1726:2019 (beban dan ketahanan struktur bangunan
· Permenaker No.9 Tahun 2016 tentang Keselamatan
Kerja Ketinggian
6. PERALATAN KERJA DAN PERLENGKAPAN K3
Peralatan disesuaikan dengan jenis perkuatan yang dipakai sesuai kondisi
geoteknik dan kerusakan/penambahan beban perkuatan pondasi.
A. Alat Kerja
No |
Nama
alat |
Satuan |
Volume |
1 |
Snatch Pulley Block (Skep) |
Unit |
2 |
2 |
Molen |
Unit |
2 |
3 |
Stang gergaji, Obeng Minus dll |
Set |
5 |
4 |
Jack Hammer |
Unit |
1 |
5 |
Sekop |
Unit |
4 |
6 |
Cangkul |
Unit |
4 |
7 |
Palu |
Unit |
3 |
8 |
Tang |
Unit |
5 |
9 |
Pompa Pendorong untuk bore pile |
Set |
sesuai kebutuhan |
10 |
Slump Test |
Unit |
1 |
11 |
Gergaji Kayu |
Unit |
3 |
12 |
Timba + Ember |
Unit |
15 |
13 |
Mata Bor dan Pipa Bor Pile |
Set |
sesuai kebutuhan |
14 |
Pipa Tremi PVC 6 inch, Panjang 1 - 1,25 meter /
section |
Set |
3 |
15 |
Alkon (Pompa Air) |
Set |
5 |
| |||
16 |
Dolak 50x40x20 |
Unit |
7 |
17 |
Cetakan Benda Uji |
Set |
5 |
18 |
Tripod |
Set |
3 |
19 |
Sendok semen |
Unit |
5 |
20 |
Meteran |
Unit |
3 |
21 |
Genset |
Unit |
2 |
22 |
Bor Magnet |
Unit |
3 |
23 |
Mesin Vibrator |
Unit |
2 |
24 |
Corong Pipa Tremi |
Unit |
2 |
25 |
Bak penampung air untuk pengecoran |
Unit |
2 |
26 |
Talang cor |
Unit |
2 |
B. Perlengkapan K3
No |
Nama alat |
Satuan |
Volume |
1. |
Helm Keselamatan |
Unit |
Sesuai kebutuhan |
2. |
Sepatu Keselamatan |
Psg |
Sesuai kebutuhan |
3. |
Safety Line |
Unit |
Sesuai kebutuhan |
4. |
Full Body Harness
Double Lanyard |
Unit |
Sesuai kebutuhan |
5. |
Jaket / Rompi |
Unit |
Sesuai kebutuhan |
6. |
Perlengkapan P3K
(Tas) |
Unit |
1 |
7. |
Sarung Tangan |
Pasang |
Sesuai kebutuhan |
8. |
Formulir Pengendali (Working Permit, Formulir DP-3
dan JSA) |
Set |
1 |
9. |
Rambu K3 |
Pcs |
Sesuai kebutuhan |
10. |
Kacamata Safety |
Pcs |
Sesuai kebutuhan |
11. |
Handy Talky |
Pcs |
5 |
12. |
Masker (operator molen) |
Pcs |
Sesuai kebutuhan |
7. PELAKSANAAN
Prinsip Dasar Perkuatan Pondasi Tower SUTT/SUTET
Perkuatan pondasi dilakukan karena pondasi existing (lama) dianggap: mengalami
penurunan kapasitas dukung tanah,atau tower mengalami beban tambahan (misalnya
akibat modifikasi konduktor, penambahan SUTT paralel, atau perubahan
konfigurasi). Nah, metode perkuatan itu disesuaikan dengan kondisi geoteknik
dan kerusakan pondasi.
Secara umum, ada dua metode utama yang sering dipakai PLN dan kontraktornya:
a) Perkuatan Pondasi Konvensional (Pad Extension /
Normal Reinforcement)
Digunakan jika:
·
Tanah di
sekitar pondasi masih cukup kuat,
·
Hanya
perlu memperbesar luas alas pondasi (base area) agar kapasitas dukung
meningkat,
·
Tidak ada
indikasi tanah lunak atau air tanah tinggi.
Ciri-ciri:
·
Galian
dangkal ± 1,5–2,5 m
·
Menyambung
dengan pondasi lama (chimney existing)
·
Menggunakan
beton bertulang (biasanya K-225)
·
Kadang
disebut “jacketing” atau “wrap around” pada pondasi lama
➡️ Cocok untuk tower tension ringan atau suspension tower.
b) Perkuatan dengan Borepile (Deep Foundation
Reinforcement)
Digunakan jika:
·
Tanah
permukaan tidak stabil (lunak, rawa, pasir jenuh air, dll.),
·
Pondasi
lama tidak mampu lagi menahan beban vertikal dan uplift,
·
Ditemukan
indikasi “uplift failure” (tower naik/miring ke atas akibat tarikan kawat
konduktor).
Ciri-ciri:
·
Menggunakan
borepile diameter 30–50 cm
·
Kedalaman
bisa 6–12 meter (tergantung hasil SPT/bor log)
·
Dihubungkan
ke pile cap baru yang menyatu dengan stub existing
·
Perlu
peralatan bor dan pompa tremi
➡️ Cocok untuk tower tension tinggi, atau tower di tanah rawa, atau di
dekat sungai/pantai.
7.1 Pemilihan Metode Perkuatan Pondasi
Sebelum pekerjaan perkuatan dilaksanakan, harus
ditentukan metode perkuatan pondasi yang sesuai dengan kondisi lapangan dan
hasil pemeriksaan teknis.
Tidak semua tower memerlukan pondasi borepile — pemilihan metode dilakukan
berdasarkan hasil analisis teknis dan rekomendasi geoteknik.
a) Pertimbangan Pemilihan Metode:
- Kondisi Tanah:
- Tanah keras → cukup dengan perkuatan pondasi normal (pad
extension).
- Tanah lunak/berair → diperlukan pondasi dalam (borepile).
- Jenis Tower:
- Tower Suspension → umumnya pad extension cukup.
- Tower Tension / Sudut / River Crossing → biasanya butuh borepile.
- Data Geoteknik:
- Berdasarkan uji SPT/CPT atau bor log di lapangan.
- Kondisi Existing Pondasi:
- Bila ditemukan keretakan signifikan atau uplift, disarankan metode
borepile.
b) Klasifikasi Metode:
Kondisi Lapangan |
Metode Perkuatan |
Keterangan |
Tanah stabil
dan keras |
Perkuatan
Pondasi Normal |
Perluasan
pad beton, jacketing, atau penguatan kaki pondasi |
Tanah
lunak, rawa, dekat sungai, atau mengalami uplift |
Perkuatan
Pondasi Borepile |
Menggunakan
tiang dalam (diameter 40–50 cm) dengan pile cap baru |
Tanah
sedang dan tower ringan |
Partial
Borepile / Kombinasi |
Sebagian
kaki tower diperkuat dengan borepile sesuai kebutuhan |
Dengan demikian, borepile tidak wajib
digunakan pada seluruh tower, melainkan hanya untuk lokasi yang membutuhkan
peningkatan daya dukung tanah secara signifikan.
7.2 Pembuatan
Gambar Pelaksanaan (Shop Drawing)
Setelah metode perkuatan pondasi
ditetapkan, langkah selanjutnya adalah pembuatan gambar pelaksanaan (shop
drawing) sebagai acuan utama dalam pekerjaan di lapangan.
a. Pembuatan Gambar Pelaksanaan (Shop
Drawing) – Metode Borepile
Gambar pelaksanaan ini disusun oleh Kontraktor Pelaksana
berdasarkan gambar rencana perencanaan struktur serta hasil survei
kondisi lapangan aktual. Shop drawing harus memuat seluruh informasi teknis
yang diperlukan, antara lain:
·
Layout
dan koordinat titik borepile sesuai hasil pengukuran lapangan,
·
Diameter
serta kedalaman tiap titik borepile sesuai hasil desain,
·
Detail
penulangan (rebar cage) lengkap dengan jarak sengkang, panjang sambungan, dan
posisi spacer,
·
Hubungan
antara borepile dan struktur atas (pile cap atau tie beam),
·
Elevasi
kerja, posisi tremie, serta arah akses alat berat.
Gambar yang telah disusun wajib diajukan kepada Konsultan Pengawas
untuk pemeriksaan dan mendapatkan persetujuan (Approval/ACC).
Setelah disetujui, shop drawing borepile menjadi acuan resmi pelaksanaan
pekerjaan di lapangan.
Setiap perubahan atau revisi yang terjadi selama pelaksanaan harus mendapatkan approval
ulang sebelum diterapkan.
b. Pembuatan Gambar Pelaksanaan (Shop
Drawing) – Metode Non-Borepile (Metode Manual/Struktur Beton Perkuatan)
Untuk pekerjaan perkuatan pondasi non-borepile, seperti perkuatan
pondasi dengan metode cakar ayam, beton siklop, atau perkuatan manual pada
pondasi eksisting, pembuatan gambar pelaksanaan dilakukan setelah hasil
investigasi kondisi tanah dan struktur lama diperoleh.
Gambar pelaksanaan ini disusun oleh Kontraktor Pelaksana dengan
mengacu pada gambar rencana perkuatan dan hasil pemeriksaan lapangan,
serta harus menunjukkan detail sebagai berikut:
·
Dimensi
dan bentuk pondasi lama yang diperkuat,
·
Posisi,
ukuran, dan kedalaman elemen tambahan (cakar, beton siklop, tie beam, atau plat
pengikat),
·
Detail
tulangan pengikat antara struktur lama dan tambahan,
·
Elevasi
dasar pondasi eksisting dan elevasi kerja baru,
·
Sistem
drainase dan perlindungan selama pekerjaan perkuatan berlangsung.
Shop drawing ini diajukan kepada Konsultan Pengawas untuk
diperiksa dan disetujui.
Setelah memperoleh persetujuan resmi (ACC), gambar tersebut menjadi
dasar pelaksanaan pekerjaan perkuatan di lapangan.
Segala bentuk revisi atau perubahan desain lapangan wajib dikonfirmasi dan
disetujui kembali sebelum diterapkan.
7.3 Penyusunan Time Schedule
(Rencana Pelaksanaan Pekerjaan)
Setelah gambar pelaksanaan (Shop Drawing) disetujui, karena rencana
waktu harus disusun berdasarkan urutan pekerjaan aktual dan volume
pekerjaan yang telah tertuang dalam gambar pelaksanaan.
Time Schedule disusun oleh Kontraktor
Pelaksana sebagai pedoman dalam pengendalian waktu dan progres pekerjaan.
Jadwal ini mencakup seluruh tahapan pekerjaan, mulai dari persiapan,
pelaksanaan utama, hingga tahap finishing, serta memperhitungkan ketersediaan
sumber daya (tenaga kerja, material, dan peralatan).
Setelah disusun, Time Schedule diajukan
kepada Konsultan/Pengawas untuk mendapatkan persetujuan (approval).
Schedule yang telah disetujui menjadi acuan resmi dalam pelaksanaan pekerjaan
dan pengendalian progres di lapangan.
7.4 Persiapan Material dan
Pengujian Awal (FAT)
Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan Factory
Acceptance Test (FAT) terhadap material utama, seperti besi tulangan dan uji
Job Mix Design (JMD) untuk campuran beton.
Pengujian ini dilaksanakan di laboratorium
terakreditasi guna memastikan seluruh material memenuhi spesifikasi teknis yang
disetujui.
Setelah hasil FAT dinyatakan lulus dan disetujui oleh pengawas atau konsultan, barulah pekerjaan fisik perkuatan pondasi dapat dimulai di lapangan
7.5 Langkah-langkah
pelaksanaan:
A. PERSIAPAN :
Tahap.1 ( Pra Persiapan ) :
1. Mengajukan persetujuan
pelaksanaan pekerjaan dengan melengkapi dokumen pengendali (Working
Permit, Formulir DP-3, dan JSA) minimal satu minggu sebelum pekerjaan
dimulai.
2. Melakukan pengadaan material dan
peralatan kerja utama sesuai rencana kebutuhan.
3. Mengajukan jadwal pemadaman
(shutdown) kepada Direksi Pekerjaan paling lambat dua minggu sebelum
pelaksanaan, apabila pekerjaan berada di area bertegangan.
4. Memastikan tenaga kerja
(manpower) dan peralatan kerja tersedia dalam jumlah yang cukup dan
siap digunakan.
5. Memastikan seluruh peralatan
keselamatan (APD, safety line, perlengkapan evakuasi) dalam kondisi baik
dan layak pakai.
6. Melakukan verifikasi
ketersediaan material dan kelengkapannya berdasarkan approval drawing
yang telah disetujui.
7. Menyusun dan menyesuaikan jadwal
pelaksanaan (time schedule) berdasarkan urutan dan volume pekerjaan aktual.
8. Menyiapkan Instruksi Kerja (IK)
untuk kegiatan perkuatan pondasi sebagai acuan teknis pelaksanaan.
9. Melakukan pembersihan area kerja
(clearing & grubbing) pada lokasi tower yang akan dikerjakan.
10. Melakukan pembuatan akses jalan
sementara menuju lokasi tower jika diperlukan.
11. Memasang safety flag, safety
sign, dan rambu peringatan di area kerja sebagai langkah pencegahan
kecelakaan kerja.
Tahap.2 ( Persiapan Rutin Sebelum dan
Sesudah Bekerja) :
Opening / Pembukaan Pekerjaan (Pagi)
1.
Safety Induction dan Safety Briefing Termasuk Absen
Masuk Pekerja
Lakukan safety induction kepada seluruh pekerja baru sebelum memasuki
area kerja untuk memastikan pemahaman terhadap potensi bahaya dan prosedur
keselamatan.
Selain itu, laksanakan safety briefing rutin setiap awal hari kerja yang
dipimpin oleh Petugas K3, sekaligus lakukan pencatatan absensi kehadiran
tenaga kerja sebagai bagian dari kontrol keselamatan dan administrasi
lapangan..
2.
Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja
Pastikan seluruh tenaga kerja dalam kondisi sehat dan siap bekerja. Apabila
ditemukan pekerja yang sedang sakit, tidak diperkenankan memaksakan diri untuk
bekerja demi menjaga keselamatan dan efektivitas kerja.
3.
Pemeriksaan Peralatan Kerja (Tools Check)
Lakukan pemeriksaan kondisi dan kelayakan semua peralatan kerja sebelum
digunakan. Pastikan tidak ada alat yang rusak, aus, atau tidak berfungsi dengan
baik dan yang paling penting barang tersebut ada (tidak ada yang hilang karena
di curi soalnya rawan).
4.
Mapping Schedule Harian
Tentukan urutan pekerjaan yang akan dilaksanakan pada hari tersebut berdasarkan
time schedule atau rencana pelaksanaan pekerjaan (RPP). Setiap
personel harus memahami pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya hari ini,
lokasi kerja, dan urutan aktivitas agar pelaksanaan lebih terkoordinasi dan
aman.
Closing / Penutupan Pekerjaan (Sore / Lembur)
- Absensi
Pulang
Lakukan pencatatan absensi saat pekerjaan selesai atau saat shift lembur berakhir untuk semua tenaga kerja. Pastikan semua personel tercatat dan tidak ada yang tertinggal di lokasi kerja. - Pemeriksaan
Peralatan dan Tools
Periksa seluruh peralatan kerja (tools & equipment) sebelum disimpan atau dibawa pulang. Pastikan semua alat dalam kondisi baik, lengkap, dan aman agar siap digunakan pada hari berikutnya. - Pengamanan
Material dan Area Kerja
Simpan material sisa dan peralatan di tempat yang aman. Tutup area kerja atau beri tanda pengaman (safety sign / safety flag) jika pekerjaan tidak sepenuhnya selesai atau meninggalkan potensi bahaya. - Housekeeping
Lakukan pembersihan area kerja dari puing, sampah, atau material sisa agar lokasi tetap rapi, aman, dan mudah diakses esok hari. - Monitoring
dan Pelaporan Kegiatan Hari Ini
Laporkan pekerjaan yang telah selesai, kendala yang ditemui, dan rencana tindak lanjut kepada pengawas atau Petugas K3. Catat juga hasil pengawasan dan checklist harian sebagai dokumentasi. - Briefing
Singkat (Opsional Lembur)
Jika ada pekerjaan lanjut malam hari atau lembur, lakukan briefing singkat untuk menyampaikan urutan pekerjaan berikutnya, pembagian tugas, dan pengingat keselamatan.
B. PELAKSANAAN
PERKUATAN PONDASI :
Tahap 1 Persiapan Teknis Sebelum Pelaksanaan
1. Pemeriksaan dan Persetujuan Dokumen
Pelaksanaan
Pastikan shop drawing perkuatan pondasi telah disetujui (approved for
construction) oleh Konsultan/Pengawas sebagai acuan utama pekerjaan.
2. Pengukuran dan Pemasangan Bowplank
Lakukan pengukuran titik as tower dan stake out posisi pondasi/borepile
sesuai gambar pelaksanaan.
3. Mobilisasi Material ke Lokasi
(Material On Site)
Distribusikan material seperti pasir, semen, split, air, dan besi tulangan ke
area tower dengan pengaturan penyimpanan yang aman dan efisien.
4. Fabrikasi Besi Tulangan
Lakukan pemotongan, pembengkokan, dan perakitan tulangan sesuai shop drawing
dan standar fabrikasi.
5. Pembuatan Beton Decking
Siapkan beton decking (mutu K-100) sebagai alas tulangan dan pengatur jarak
terhadap dasar tanah.
6. Koordinasi Pelaksanaan Paralel
dengan Pekerjaan Tower
Apabila pekerjaan perkuatan pondasi dan perkuatan tower dilakukan bersamaan,
pelaksanaan dilakukan pada Leg diagonal berbeda (contoh: Leg A untuk pondasi,
Leg C untuk tower). Proses berlanjut secara bergantian hingga seluruh Leg
selesai.
7. Pemasangan Bekisting dan Persiapan
Pengecoran
Pasang bekisting dan rakit tulangan sesuai dimensi dan elevasi yang disetujui.
Pastikan seluruh komponen telah diperiksa oleh pengawas lapangan sebelum
pengecoran dilakukan.
Tahap 2 Pekerjaan perkuatan pondasi:
I. Perkuatan Pondasi
Normal:
1. Pekerjaan Kisdam/Turap: Pekerjaan ini dilakukan di
area yang tergenang air, dan untuk dimensi menyesuaikan kondisi di lapangan.
Sebelum pekerjaan perkuatan pondasi dimulai.
2. Pekerjaan Bowplank: Pengukuran batas batas tower
dan titik as tower, dan dipasang patok kayu untuk sarana pembatas.
3. Pekerjaan Langsir Material: Dikerjakan secara paralel saat pekerjaan perkuatan pondasi akan
dimulai.
4.
Pekerjaan
Galian: Pekerjaan galian terhadap pondasi lama sesuai dimensi yang tertera pada
drawing pondasi baru.
5.
Sebelum
pembongkaran chimney existing jika perlu dilakukan pekerjaan skur di body tower
terutama untuk tower tension.
6.
Pembongkaran
Chimney Existing: Chimney dibongkar sedalam 1m dari top chimney existing,
sampai terlihat stub existing.
7.
Pekerjaan
Beton (Pad Baru):
a.
Pekerjaan
Hamparan Pasir: Hamparan pasir dipadatkan hingga mencapai ketebalan sesuai
approval drawing yaitu dengan tebal 10 cm.
b.
Pekerjaan
Lantai Kerja: Menggunakan Beton dengan mutu K-100 dengan tebal 10 cm
c. Pekerjaan Pembesian: Pemasangan tulangan dikerjakan
sesuai dengan approval drawing.
d. Pekerjaan Bekisting: Bekisting yang digunakan
dibuat dari multiplek 10 mm dan
dirakit sesuai bentuk penampang beton yang ditentukan (permukaan bagian dalam
dilapisi minyak bekisting).
e.
Perizinan
Pengecoran: Izin cor dilakukan minimal 1 hari sebelum pekerjaan pengecoran.
f.
Pembuatan Slump-test: Pekerjaan slump-test dilakukan sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai dengan nilai uji sesuai hasil JMD.
g.
Pembuatan
Benda Uji: Benda uji silinder
diambil tiap leg terdiri dari 3 sampel pad. Umur pengujian akan disepakati lebih lanjut.
h.
Pekerjaan
Pengecoran: Untuk pekerjaan pengecoran menggunakan Concrete Mixer (Molen)
dengan spesifikasi mutu K-225 (Sesuai dengan JMD) dan dipadatkan dengan alat
vibrator.
i.
Perawatan
benda uji sesuai dengan standar
yang berlaku.
8.
Pekerjaan
Beton (Chimney Baru):
a.
Pekerjaan Instalasi Perkuatan Leg/Body: Memasang siku
perkuatan yang baru ke stub existing.
b.
Pekerjaan
Pembesian: Pemasangan tulangan dikerjakan sesuai dengan approval drawing.
c.
Pekerjaan
Bekisting: Bekisting yang digunakan dibuat dari multiplek 10
mm dan dirakit sesuai bentuk penampang beton yang
ditentukan (permukaan bagian dalam dilapisi minyak bekisting).
d.
Penambahan bonding agent untuk sambungan beton yang
lama dengan yang baru.
e.
Perizinan
Pengecoran: Izin cor dilakukan minimal 1 hari sebelum pekerjaan pengecoran.
f.
Pembuatan Slump-test: Pekerjaan slump-test dilakukan sebelum pekerjaan
pengecoran dimulai dengan nilai uji sesuai hasil JMD.
g. Pembuatan Benda Uji: Benda uji silinder diambil tiap leg terdiri dari 3
sampel chimney. Umur pengujian akan disepakati
lebih lanjut.
h. Sebelum pengecoran posisi grounding existing akan
disesuaikan kembali ke posisi semula.
i.
Pekerjaan
Pengecoran: Untuk pekerjaan pengecoran menggunakan Concrete Mixer (Molen)
dengan spesifikasi mutu K-225 (Sesuai dengan JMD) dan dipadatkan dengan alat
vibrator.
j.
Perawatan
benda uji sesuai dengan standar
yang berlaku.
9.
Pekerjaan
finishing: Setelah pengecoran selesai, dilakukan curing pada beton selama 14 hari.
II. Perkuatan Pondasi
Borepile:
Jika perkuatan pondasi menggunakan bore pile, maka pekerjaan borepile akan
dikerjakan terlebih dahulu, dengan metode sebagai berikut:
1.
Pekerjaan bore pile:
a. Pekerjaan Persiapan: Menyiapkan lahan yang akan
dipakai untuk melakukan pengeboran, Menentukan titik bore
pile, perakitan tulangan sesuai approval drawing, dan
langsir material.
b. Pekerjaan Pengeboran: Pengeboran dilakukan secara
manual atau menggunakan alat, menyesuaikan dengan kondisi lapangan. Diameter bore pile yang digunakan yaitu 40cm, 60cm
atau sesuai yang telah ditentukan.
c. Pekerjaan Pembesian: Tulangan yang sudah dirakit
dimasukkan ke dalam lubang bor. Untuk tulangan tidak diperkenankan adanya
sambungan/overlapping, ketika kedalaman kurang dari 12
meter.
d. Perizinan Pengecoran: Izin cor dilakukan minimal 1
hari sebelum pekerjaan pengecoran.
e. Pembuatan Slump-test:
pekerjaan slump-test dilakukan
sebelum pekerjaan pengecoran dimulai dengan nilai uji sesuai hasil JMD.
f.
Pembuatan
Benda Uji: Benda uji silinder
diambil tiap leg terdiri dari 3 sampel bor pile
(pekerjaan dilakukan bersamaan semua titik). Umur pengujian akan disepakati lebih lanjut.
g. Pekerjaan Pengecoran: untuk pekerjaan pengecoran
menggunakan Concrete Mixer (Molen) dengan spesifikasi mutu K-225 sesuai dengan
hasil JMD. saat pengecoran dilakukan menggunakan pipa pvc 6
inch, panjang menyesuaikan kebutuhan bore pile (30 cm – 50 cm diatas dasar lubang bor pile). Potongan pipa tremi sepanjang 1 m –
1,25m (tidak diperbolehkan ada lubang pada sambungan antara pipa tremi).
h. Perawatan benda uji sesuai dengan standar yang berlaku.
2.
Untuk tower
yang up-lift maka sebelum pekerjaan
dimulai akan dilakukan skur di body tower, selanjutnya pembobokan chimney
dimulai dari bagian leg yang compress/tekan.
3.
Pekerjaan
Galian: Pekerjaan galian terhadap pondasi lama sesuai dimensi yang tertera pada
drawing pondasi baru.
4.
Sebelum
pembongkaran chimney existing perlu dilakukan pekerjaan skur di body tower
terutama untuk tower tension.
5.
Pembongkaran
Chimney Existing: Chimney dibongkar sedalam 1 m dari top chimney sampai terlihat stub existing.
6.
Pekerjaan
Beton (Pile Cap Baru):
a. Pekerjaan Hamparan Pasir: Hamparan pasir dipadatkan
hingga mencapai ketebalan sesuai approval drawing yaitu dengan tebal 10 cm.
b. Pekerjaan Lantai Kerja: Menggunakan Beton dengan
mutu K-100 dengan tebal 10 cm
c.
Pekerjaan Cutting Pile : pemotongan pile
menyesuaikan elevasi pad.
d. Pekerjaan Pembesian: Pemasangan tulangan dikerjakan
sesuai dengan approval drawing.
e. Pekerjaan Bekisting: Bekisting yang digunakan
dibuat dari multiplek 10 cm dan
dirakit sesuai bentuk penampang beton yang ditentukan (permukaan bagian dalam
dilapisi minyak bekisting).
f.
Perizinan
Pengecoran: Izin cor dilakukan minimal 1 hari sebelum pekerjaan pengecoran.
g. Pembuatan Slump-test:
Pekerjaan slump-test dilakukan
sebelum pekerjaan pengecoran dimulai dengan nilai uji sesuai hasil JMD.
h. Pembuatan Benda Uji: Benda uji silinder diambil tiap leg terdiri dari, 3
sampel pile cap. Umur pengujian akan diinformasikan lebih lanjut.
i.
Pekerjaan
Pengecoran: Untuk pekerjaan pengecoran menggunakan Concrete Mixer (Molen)
dengan spesifikasi mutu K-225 dan sesuai dengan hasil JMD.
7.
Pekerjaan
Beton (Chimney Baru):
a. Pekerjaan Instalasi Perkuatan Leg/Body: Memasang siku perkuatan yang baru ke
stub existing.
b. Pekerjaan Pembesian: Pemasangan tulangan dikerjakan
sesuai dengan approval drawing.
c. Pekerjaan Bekisting: Bekisting yang digunakan
dibuat dari multiplek 10 cm dan
dirakit sesuai bentuk penampang beton yang ditentukan (permukaan bagian dalam
dilapisi minyak bekisting).
d. Perizinan Pengecoran: Izin cor dilakukan minimal 1
hari sebelum pekerjaan pengecoran.
e.
Pembuatan Slump-test: Pekerjaan slump-test dilakukan 1(satu) kali
sebelum pekerjaan pengecoran dimulai dengan nilai uji sesuai hasil JMD.
f.
Pembuatan
Benda Uji: Benda uji silinder
diambil tiap leg terdiri dari 3 sampel chimney. Umur pengujian akan diinformasikan lebih lanjut.
g. Pekerjaan Pengecoran: Untuk pekerjaan pengecoran
menggunakan Concrete Mixer (Molen) dengan spesifikasi mutu K-225 dan sesuai
dengan hasil JMD.
8.
Pekerjaan
Finishing: Setelah pengecoran selesai, dilakukan curing pada beton selama 14 hari.
Tahap 3 Finishing
1.
Pelepasan bekisting pada pondasi baru
2.
Melakukan finishing berupa acian mata intan.
3.
Back filling atau pengurugan kembali pada galian perkuatan pondasi.
4.
Housekeeping di
setiap lokasi tower setelah pekerjaan pondasi selesai
dikerjakan.
5.
Final check, pengetesan grounding dan hasilnya dituangkan dalam
Berita Acara.