Ini adalah pengalaman pribadi yang saya alami pada tanggal 10 Januari 2024, yang baru-baru ini terjadi. Semuanya dimulai dari perjalanan berangkat kerja dari Bandung menuju Jakarta.
Kronologi
Kejadian ini dimulai ketika waktu bus akan segera berhenti di Pasar Rebo, saya ingat mulai menyimpan dan menyelipkan handphone di saku jaket. Setelah turun dari bus PRIMAJASA dengan rute Tasik-Lebak Bulus, saya melangkah di tengah kerumunan orang sekitar pukul 7 malam.
Pada saat itu, tiga orang mendekati saya. Suasana di Terminal Pasar Rebo begitu ramai dan penuh aktivitas seperti biasa, tanpa tanda-tanda bahwa hari itu akan menjadi titik balik dalam perjalanan saya.
Awalnya, mereka terlihat seperti orang biasa yang mungkin sekadar menawarkan bantuan dengan pertanyaan, 'Mau kemana, Pak?' ucap salah satu dari mereka.
Namun, dengan kesadaran penuh, saya menyadari bahwa salah seorang dari mereka mencoba membuka resleting tas saya. Untungnya, saya sigap dan berhasil menyikutnya.
Kemudian, ketika saya hendak menyeberang di bawah flyover, saya merenung sejenak, dan tindakan 3 orang tadi seperti ada yang janggal.
Menyadari bahwa tindakan mereka merupakan modus pencurian. Segera setelah itu, saya langsung merogoh kantong jaket dan dengan kejutan, saya menyadari bahwa handphone saya tidak berada di sana, nah barulah dari situ otak langung merespon dan menyimpulkan bahwa saya telah menjadi korban pencurian.
Segera setelah itu, saya berbalik ke tempat di mana tiga orang tadi mendekati saya. Namun, saat saya lihat-lihat, mereka sudah pergi, dan yang tersisa hanya seorang bapak yang saya ingat melihatnya dari belakang.
Tindakan
Dalam situasi seperti itu, rasa panik mulai merayap. Namun, saya berusaha tetap tenang dan mengambil langkah-langkah yang mungkin membantu mengatasi kehilangan tersebut. Mulai dari menanyakan kepada orang-orang di sekitar mengenai beberapa orang yang mendekati saya tadi, namun hasilnya mereka semua bilang tidak tau.
Dengan rasa kesal, saya mulai merekonstruksi kejadian di tempat itu dengan mengingat kembali momen-momen tersebut.
Tempat ini sepertinya memang cukup strategis karena agak gelap, dan saat itu angkot merah berhenti di sebelahnya, menyembunyikan aksi pencopetan dari pandangan samping jalan. Pencopetan itu hanya dapat terlihat dari arah depan dan belakang. Kehadiran orang ketiga mungkin bertujuan untuk menutupi aksi tersebut dari belakang, sehingga orang di belakang tidak menyadari kejadian tersebut. Dari depan, semua orang seolah-olah fokus ke arah yang sama, sehingga tidak ada yang menoleh dari depan.
Kesimpulan
Kesimpulan saya adalah bahwa kejadian ini tampaknya telah direncanakan dengan matang, memanfaatkan kondisi tempat yang mendukung aksi pencopetan. Selain itu, koordinasi antara pelaku menunjukkan bahwa ini mungkin bukan kejadian yang terisolasi dan bisa saja menimpa orang lain juga. Hal ini menjadi peringatan untuk lebih waspada dan berhati-hati di tempat-tempat dengan potensi risiko serupa.
Tentu ini adalah pengalaman yang tidak menyenangkan dan mengecewakan. Pencopetan merugikan tidak hanya secara materi tetapi juga dapat menciptakan rasa tidak aman dan ketidaknyamanan secara emosional.
Opini saya terhadap kejadian ini adalah bahwa tindakan pencopetan merupakan tindakan yang sangat tidak etis dan melanggar hukum. Ini menciptakan dampak negatif tidak hanya pada korban, tetapi juga pada kepercayaan dan rasa aman di masyarakat. Pencopetan di tempat umum seharusnya tidak dibiarkan, dan upaya harus dilakukan untuk meningkatkan keamanan dan kesadaran di sekitar tempat-tempat dengan risiko tinggi.
Mungkin pengalaman ini dapat menjadi pengingat bagi kita semua untuk tetap waspada dan berhati-hati di lingkungan publik, serta bekerja sama dengan pihak berwenang dalam menjaga keamanan bersama.
Saya harap kedepannya pihak berwenang ada suatu pembenahan disana, khusus nya pada jam malam sehingga orang" akan merasa aman.
Semalaman saya tidak bisa tidur dan mengetik ini karena sedih, semua akun saya ada di handphone tsb