Translate

Beberapa Aliran Pencak Silat Yang Ada di Desa Nyenang

Dini aryani

Di sebuah lembah hijau yang tenang di Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, berdirilah Desa Nyenang tanah yang menyimpan banyak kisah lama, salah satunya tentang dunia pencak silat.

Sebelum modernisasi menjalar ke pelosok-pelosok kampung, masyarakat di sini mengenal satu nama besar: Perguruan Silat Cucu Panglipur. Inilah satu-satunya perguruan silat yang berdiri di wilayah Nyenang pada masa nya. Sebuah tempat di mana anak muda diajarkan bukan hanya jurus, tapi juga tatakrama, watak, dan jati diri seorang lelaki Sunda sejati.

Perkumpulan Bulanan Para Pendekar

Menurut penuturan Abah Samin, salah satu sesepuh dan saksi hidup masa itu, setiap sebulan sekali seluruh perguruan silat yang tersebar di Kecamatan Cipeundeuy berkumpul di satu titik sebuah lapangan luas di daerah Margalaksana.

Namun ini bukan sekadar pertemuan biasa. Bagi mereka, ini adalah ajang silaturahmi para pendekar, tempat di mana persaudaraan ditempa di antara jurus dan keringat.

Meski bernuansa kekeluargaan, suasana kadang berubah menjadi arena uji kemampuan.

"Kadang jadi ajang adu ilmu, adu kekuatan, tapi tetap dalam batas kehormatan," ujar Abah Samin sambil tersenyum mengingat masa mudanya.

Itulah masa di mana silat tidak sekadar olahraga, tapi jalan hidup seni yang memadukan tubuh, hati, dan spiritualitas.

Empat Perguruan, Satu Jiwa Nyenang

Seiring waktu, Desa Nyenang tumbuh dan berubah. Kini, setidaknya ada empat perguruan silat yang dikenal aktif di daerah ini, masing-masing membawa ciri dan filosofi sendiri:

  1. Cucu Panglipur
  2. Domas
  3. Badak Putih
  4. Gagak Lumayung

Mereka berdiri di atas akar budaya yang sama menjunjung tinggi kehormatan, kesabaran, dan persaudaraan antar sesama pesilat.

Namun sayangnya, zaman telah berubah. Dunia yang dulu keras kini menuntut keindahan. Ilmu yang dulu untuk bertahan, kini ditampilkan di panggung seni.

Dari Ilmu Jeblag ke Gerak Tari

Kalau dulu para pesilat bisa mementalkan lawan lewat ilmu jeblag, atau dikenal karena tubuh kuat sehat dan penjaga raga, kini semua itu tinggal cerita yang mengalir dari mulut ke mulut menjadi cerita yang entah benar atau tidak kebenarannya.

Generasi muda di Nyenang kini lebih mengenal pencak silat sebagai tarian tradisi, bagian dari pertunjukan budaya yang tampil di hari kemerdekaan, hajatan, atau festival daerah.


Namun, meski wujudnya berubah, ruh-nya tetap sama.

Silat di Nyenang masih menjadi lambang keteguhan, warisan leluhur yang tidak pernah mati. Ia hanya berganti rupa dari benturan tenaga psyhcal attack menjadi keluwesan gerak, dari pertempuran menjadi pertunjukan, dari kesaktian menjadi keindahan.

Menyimak Cerita Lewat Suara

Bagi yang mungkin malas membaca kisah panjang seperti ini,  Kamu bisa mendengarkannya lewat tautan berikut:

Karena pada akhirnya, sejarah bukan hanya untuk dibaca. Ia untuk didengar, direnungkan, dan dijaga — agar kisah para pendekar Nyenang tak hilang ditelan zaman.

https://www.youtube.com/watch?v=NyJ78HJ2AA0


Posting Komentar