Translate

Rampak silat Sunda desa nyenang

Rampak silat merupakan salah satu kesenian tradisional khas masyarakat Sunda di Jawa Barat yang memadukan unsur bela diri, musik, dan keseragaman gerak dalam satu pertunjukan yang memukau. Kata "rampak" sendiri berarti serempak atau kompak menggambarkan kesatuan langkah dan jiwa antara para pesilat yang tampil.

Kesenian ini bukan sekadar unjuk kekuatan atau ketangkasan, tetapi juga simbol persaudaraan, kedisiplinan, dan kekompakan masyarakat Sunda yang diwariskan turun-temurun.


Irama yang Menyatu dengan Gerak


Dalam pertunjukan rampak silat, irama musik memiliki peran penting. Alat musik yang digunakan antara lain kendang, go'ong, serta alat gamelan lainnya yang menjadi pengiring utama setiap gerakan.
Dentuman kendang menandai tempo, sementara gema go'ong menjadi penegas akhir dari setiap rangkaian jurus. Di situlah harmoni lahir antara kekuatan tubuh dan kelembutan seni.


Rampak Silat di Desa Nyenang


Desa Nyenang, yang berada di Kecamatan Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, juga memiliki tradisi rampak silat yang hidup dan berkembang di tengah masyarakatnya.
Meski desa ini terletak di wilayah yang tenang, semangat bela diri dan pelestarian seni Sunda masih sangat terasa di sini. sampai tahun 2018 namun saat ini sudah kurang mendengar lagi. Setiap kelompok atau aliran pencak silat memiliki ciri khas tersendiri baik dari gaya gerakan, filosofi, maupun cara melatih murid-muridnya.

Beberapa aliran pencak silat yang cukup populer dan dikenal masyarakat Desa Nyenang antara lain:

1. DOMAS

Aliran DOMAS dikenal dengan karakter gerakannya yang tegas, terukur, dan berjiwa disiplin tinggi. Setiap jurusnya mengajarkan keseimbangan antara tenaga dan kontrol diri.
Di Desa Nyenang, perguruan DOMAS sering tampil dalam acara adat atau peringatan hari besar, menampilkan formasi rampak yang gagah dan rapi.

2. BADAK PUTIH

Nama Badak Putih melambangkan kekuatan, ketenangan, dan keteguhan hati. Gerakannya sering meniru kekuatan alam kokoh tapi tidak kasar, keras tapi tetap anggun.
Aliran ini terkenal karena filosofi moralnya: bahwa pesilat sejati bukan yang menang di gelanggang, melainkan yang mampu menaklukkan dirinya sendiri.


3. CUCU PANGLIPUR

Dari namanya, aliran ini sering diasosiasikan dengan Panglipur, salah satu perguruan pencak silat terkenal di Jawa Barat.
Cucu Panglipur di Desa Nyenang bisa diartikan sebagai "generasi penerus" atau cabang yang tetap menjaga ajaran leluhur dalam versi lokalnya.
Gerakannya cenderung lebih lembut dan estetis, sering digunakan dalam pertunjukan rampak yang menonjolkan keindahan koreografi.


4. GAGAK HUMAYUNG

Nama yang unik dan penuh simbol. Gagak Humayung dikenal sebagai aliran yang lincah, cepat, dan berirama bebas mencerminkan filosofi burung gagak yang tangguh dan mampu bertahan dalam segala medan.
Dalam rampak silat, kelompok ini sering menampilkan variasi gerak dengan tempo yang menggugah semangat penonton.


Silat Sebagai Perekat Sosial

Lebih dari sekadar kesenian, rampak silat di Desa Nyenang juga berfungsi sebagai sarana kebersamaan dan pendidikan karakter bagi generasi muda.
Anak-anak dan remaja yang mengikuti latihan bukan hanya belajar jurus, tetapi juga belajar tata krama, hormat pada guru, dan cinta pada budaya sendiri.
Kegiatan rampak silat sering menjadi momen yang mempererat hubungan antarwarga, terutama saat ada pertunjukan di acara desa, hari kemerdekaan, atau hajatan besar.


Menjaga Warisan, Membangun Generasi

Rampak silat di Desa Nyenang adalah warisan budaya yang hidup. Ia bukan sekadar pertunjukan, tetapi napas identitas masyarakat Sunda yang terus berdenyut.
Di tengah modernisasi, upaya untuk menjaga dan melestarikan kesenian ini perlu terus dilakukan baik melalui pelatihan rutin, festival desa, maupun dukungan dari pemerintah setempat.

"Silat téh lain ukur tarung, tapi diajar hirup – diajar ngarasakeun rasa batur."
(Silat bukan hanya berkelahi, tapi belajar hidup – belajar merasakan perasaan orang lain.)




Posting Komentar