Kalender Bali adalah sistem penanggalan yang digunakan oleh orang Hindu Bali di pulau Bali dan Lombok. Ini adalah kalender unik yang menggabungkan elemen-elemen lokal dengan perhitungan matahari dan bulan. Kalender ini memiliki beberapa ciri khas yang membuatnya berbeda dari kalender lainnya.
Konvensi dan Kompromi Penanggalan:
Kalender Saka Bali memiliki ciri "konvensi" dalam perhitungannya. Ini berarti bahwa meskipun kalender ini tidak sepenuhnya astronomis seperti kalender Hijriyah, juga tidak seperti kalender Jawa. Kalender Saka Bali merupakan campuran antara keduanya, dengan elemen-elemen khusus yang menambahkan keunikan pada penanggalan ini.
Luni-Solar:
Kalender Saka Bali adalah kalender matahari-bulan, yang berarti bahwa penanggalannya didasarkan pada posisi matahari dan bulan. Ini menjadikan kalender ini lebih akurat dalam memadukan siklus alam. Dalam kalender ini, setiap 63 hari (9 wuku) ada satu hari matahari yang setara dengan dua hari bulan. Hari ini disebut pangunalatri.
Penyelarasan Bulan:
Panjang bulan surya (tahun matahari) tidak selalu sama dengan panjang bulan candra (bulan bulan). Ini terjadi karena orbit bulan terhadap bumi berbentuk elips. Untuk menyelaraskan perbedaan ini, setiap kira-kira 3 tahun candra ditambahkan satu bulan candra tambahan, yang dikenal sebagai bulan kabisat. Tantangan dalam perhitungan ini menunjukkan kompleksitas matematis dalam penanggalan ini.
Tahun Baru Saka Bali:
Tahun baru dalam Kalender Saka Bali, yang juga dikenal sebagai hari raya Nyepi, bukan dimulai pada bulan pertama (Kasa), seperti yang mungkin diharapkan. Sebaliknya, tahun baru dimulai pada bulan kesepuluh (Kadasa). Hal ini karena perlu dilakukan kompromi dalam perhitungan agar sesuai dengan pergerakan matahari dan bulan. Beberapa tahun juga mengalami penyesuaian, seperti yang terjadi pada tahun 1993.
Peningkatan Tahun Saka:
Setelah hari raya Nyepi, angka tahun Saka bertambah satu tahun. Namun, untuk mendapatkan tahun Masehi, angka tahun Saka dikurangi 78. Ini bisa terasa sedikit rumit, tetapi ini adalah bagian dari cara kalender ini menghitung perbedaan antara tahun Saka dan tahun Masehi.
Latar Belakang Kalender Bali:
Kalender Bali didasarkan pada gabungan sistem lunisolar, yang menggabungkan siklus bulan dan matahari. Kalender ini merupakan hasil akulturasi antara unsur Hindu dan Budha dengan kepercayaan lokal Bali. Karena itu, Kalender Bali memiliki keunikan tersendiri dan berbeda dari kalender-kalender lainnya.
Sistem Penanggalan:
Kalender Bali terdiri dari berbagai siklus, termasuk:
- Saka: Siklus tahun berdasarkan pergerakan bulan.
- Wuku: Siklus 30 mingguan berdasarkan kombinasi sifat-sifat dalam budaya dan alam.
- Panca Wara: Siklus lima hari dalam sepekan, mengikuti prinsip lima unsur.
- Sad Wara: Siklus sembilan hari dalam sepekan, mencerminkan energi planet.
- Sasih: Siklus bulan berdasarkan peredaran bulan.
- Eka Jala Rsi: Siklus 210 hari yang digunakan untuk tujuan astrologi.
Kalender Bali memiliki peran sentral dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali. Beberapa di antaranya meliputi:
Upacara Keagamaan: Penentuan waktu untuk upacara keagamaan sangat penting dalam kehidupan spiritual masyarakat Bali. Kalender Bali membantu menentukan tanggal yang tepat untuk upacara besar seperti Nyepi, Galungan, dan Kuningan.
- Pertanian: Masyarakat Bali sangat tergantung pada pertanian. Kalender Bali membantu petani menentukan waktu untuk bercocok tanam, panen, dan merawat tanaman berdasarkan siklus alam.
- Upacara Adat: Upacara pernikahan, kematian, dan lainnya juga mengikuti penanggalan Bali. Hal ini memastikan bahwa upacara-upacara tersebut diadakan pada waktu yang sesuai dengan kepercayaan dan tradisi.
Dengan mempertahankan dan mengikuti Kalender Bali, masyarakat Bali berkontribusi pada pemertahanan budaya dan tradisi mereka. Generasi muda diajarkan untuk menghormati dan memahami penanggalan ini, sehingga kearifan lokal tetap hidup dan berkembang.
Kesimpulannya, Kalender Bali adalah sebuah sistem penanggalan yang unik, menggabungkan konvensi dan kompromi dalam perhitungannya. Ini merupakan penggabungan antara perhitungan matahari dan bulan, serta elemen-elemen budaya lokal. Meskipun rumit, kalender ini mencerminkan kedalaman kearifan budaya dan astronomi yang diwariskan dari generasi ke generasi di Bali dan Lombok.
referensi dan sumber wikipedia