Translate

Mengenal Kalender Jawa Pawukon

Di tengah gemuruh perkembangan teknologi dan kalender modern, ada satu sistem perhitungan tradisional yang masih mengendap dalam masyarakat agraris, khususnya di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namanya adalah Kalender Jawa Pawukon, yang bukan hanya sebuah metode untuk mengukur waktu, tetapi juga menjadi rumus bagi kesuksesan usaha manusia. Mari kita gali lebih dalam dan merasakan kisah menarik di balik Kalender Jawa Pawukon.



Petung yang Mengatur Alam dan Manusia

Pawukon, atau dikenal juga sebagai "petung," adalah sebuah sistem pertanggalan tradisional yang tumbuh subur di tengah masyarakat Jawa. Ia tidak hanya sekadar menyusun urutan waktu, tetapi juga menjadi panduan bagi manusia dalam meraih keberhasilan. Dalam dunia agraris, seperti yang di Jawa Tengah dan Yogyakarta, Pawukon memandu petani dalam menentukan waktu yang tepat untuk menanam padi, yang dikenal sebagai Pranata Mangsa. Hal ini bukanlah kebetulan semata, melainkan suatu kearifan turun-temurun yang mengajarkan tentang keseimbangan alam dan usaha manusia.

Namun, peran Pawukon tak berhenti pada pertanian. Ia merambah ke berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam membangun rumah, berpergian, menafsirkan watak seseorang melalui astrologi, dan masih banyak lagi. Ia bukan hanya sekadar alat hitung, melainkan pengetahuan yang memeluk keberagaman kehidupan.


Siklus Waktu yang Tersembunyi

Pawukon menyimpan siklus waktu yang panjang dan kaya. Pertanggalan Jawa sendiri memiliki siklus hari seperti 5 hari (pancawara), 6 hari (paringkelan atau sadwara), 7 hari (saptwara), 8 hari (padewan atau astawara), dan 9 hari (padangon atau sangawara). Namun, Pawukon memiliki siklus yang lebih mengagumkan, yaitu siklus 210 hari yang terbagi dalam 30 bagian yang dikenal sebagai "wuku."

Wuku dalam Pawukon tak hanya sekadar angka, ia juga menjadi tali penghubung antara mitos dan sistem perhitungan ini. Menurut legenda, Pawukon terkait dengan kisah incest antara Prabu Watugunung dengan ibunya, Dewi Sinta, dan Dewi Landep. Dari hubungan ini, lahir 27 anak yang kemudian mengawal Pawukon sebagai penjaga kalender dan perhitungan. Pawukon datang sebagai penyeimbang bagi keretakan keseimbangan kosmis yang terjadi akibat hubungan yang kontroversial tersebut.


Antara Almanak dan Horoskop

Pawukon tidak hanya sekadar sebuah kalender, ia juga menggambarkan almanak dan horoskop dalam tradisi Jawa. Ia bukan sekadar daftar tanggal, tetapi juga petunjuk dalam memahami karakteristik manusia dan alam. Di masa lalu, pengetahuan tentang Pawukon diperoleh melalui tradisi lisan dan praktik. Namun, ia kemudian dicatat dalam bentuk naskah atau serat sebelum abad ke-19, agar kekayaan pengetahuan ini tidak pudar dalam arus zaman.


Menjaga Warisan Kuno, Menghormati Alam, dan Manusia

Kalender Jawa Pawukon adalah bukti hidup tentang bagaimana manusia dan alam saling terhubung dalam tari kehidupan. Dalam pertanian hingga astrologi, Pawukon membawa kita untuk menghormati siklus alam dan menggunakannya sebagai panduan dalam menjalani hidup yang harmonis. Seiring dengan kemajuan zaman, memahami dan melestarikan Pawukon adalah cara untuk menghargai warisan kuno yang unik ini dan mengintegrasikannya dengan cara hidup modern.

referensi wikipedia

Posting Komentar