Translate

Jelajah dikit kalender Jepang

Di Negeri Matahari Terbit, konsep waktu dan musim memiliki makna yang dalam. Penggunaan kalender dan perhitungan waktu telah menjadi elemen yang sangat penting dalam budaya Jepang, yang mempengaruhi kebiasaan, perayaan, dan bahkan kehidupan sehari-hari penduduknya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi perjalanan panjang kalender Jepang dari masa lalu hingga modernisasi era Meiji, dan bagaimana transformasi ini telah membentuk identitas unik dari budaya Jepang.

Jelajah dikit kalender Jepang


Salah satu refleksi indah dari makna musim terdapat dalam antologi puisi Kokin Wakashu, di mana Ki no Tsurayuki mengabadikan perasaan pertama musim gugur dalam bait puisinya. Ia menuliskan, "Musim gugur tiba, ditiup oleh angin sejuk dari sungai atau oleh deburan ombak yang bersatu." Ungkapan ini mencerminkan rasa mendalam para pendeta ketika musim gugur tiba, dan mereka berjalan di tepi Sungai Kamo. Meskipun cuaca masih panas setiap hari, mendekati sungai dan merenung di tepi air menjadi cara menenangkan pikiran.


Salah satu sudut pandang berharga tentang kalender Jepang berasal dari Tuan Keisuke Nagata dari Izumo Taisha Gonnegi. Meskipun lahir dan tumbuh dalam era dominasi kalender modern, pandangannya tetap bahwa kalender tradisional lebih sejalan dengan karakter masyarakat Jepang. Pemikiran ini mengajak kita untuk merenung lebih dalam mengenai relasi antara waktu, budaya, dan jati diri nasional.


Sumber informasi yang dijadikan acuan dalam penulisan ini adalah website shinyusha.or.jp/column/20210813/.

Jelajah dikit kalender Jepang

Dalam Jejak Kalender

Kalender, yang dalam bahasa Jepang disebut "koyomi" 

jadi inget si koyomi Araragi dari series bakemonogatari yak, 

koyomi disini memiliki arti yang mendalam dalam kehidupan manusia seiring berjalannya waktu. "Heshiruseshimono" adalah istilah untuk menghitung hari, dan dalam bahasa Kanji, "kalender" (暦) adalah catatan tentang cuaca harian yang terekam melalui pergerakan benda-benda langit. 

Seperti kita tau ada tiga jenis kalender utama dalam peradaban manusia: kalender matahari, kalender lunar, dan kalender luni-solar.

gak bosen bosen nya ngebahas ini yak.

Kalender matahari didasarkan pada pergerakan matahari seperti matahari terbit dan terbenam, ketinggian matahari, dan lain-lain. 

Kalender lunar, di sisi lain, didasarkan pada fase bulan seperti bulan baru, setengah bulan, dan bulan purnama. 

Kalender luni-solar, adalah kalender yang menggabungkan aspek dari kedua jenis kalender sebelumnya.

Perbedaan utama ketiganya adalah bahwa kalender matahari berdasarkan pergerakan matahari, kalender lunar berdasarkan fase bulan, dan kalender luni-solar mencoba menyelaraskan keduanya. Di dunia modern, sebagian besar negara menggunakan kalender matahari, dan kehidupan kita sehari-hari terikat pada tanggal dan bulan dalam kalender ini.


Modernisasi Kalender di Jepang

Di Jepang, modernisasi kalender dimulai pada tahun 1872 (Meiji 5) saat kalender Gregorian diperkenalkan sebagai pengganti kalender lunisolar yang telah digunakan selama bertahun-tahun. Pada tanggal 3 Desember tahun yang sama, Jepang beralih dari kalender lunisolar ke kalender Gregorian, dan tanggal 1 Januari tahun berikutnya ditetapkan sebagai hari tahun baru. Sejak saat itu, Jepang mengadopsi tahun 365 hari dengan tahun kabisat setiap empat tahun sekali, serta menjalankan penghitungan waktu yang lebih modern.

Referensi:

Ministry of Foreign Affairs of Japan. (2023). Japan Fact Sheet. Diakses dari https://www.mofa.go.jp/about/emb_cons/protocol/state/index.html

Namun, jejak kalender lunar masih terdengar dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang. Terkadang, kita masih mendengar istilah-istilah yang mengacu pada kalender lunar, seperti "pada kalender" yang merujuk pada awal musim panas atau awal musim gugur. Festival-festival penting seperti Pekan Equinox, festival Hachijuhachiya, dan Doyo masih mengikuti penanggalan lunar.

kalau melihat di https://id.wikipedia.org/wiki/Kalender_Jepang

Nama-nama bulan dalam bahasa Jepang ditulis berurutan dari angka 1 hingga 12. Biasanya, nama-nama bulan yang ditulis dalam bentuk angka menggunakan huruf Kanji, dan umumnya hanya digunakan untuk penulisan Tategaki

Nama Bulan Jepang Indonesia
Ichigatsu 1月 (一月) Januari
Nigatsu 2月 (二月) Februari
Sangatsu 3月 (三月) Maret
Shigatsu 4月 (四月) April
Gogatsu 5月 (五月) Mei
Rokugatsu 6月 (六月) Juni
Sichigatsu 7月 (七月) Juli
Hachigatsu 8月 (八月) Agustus
Kugatsu 9月 (九月) September
Jugatsu 10月 (十月) Oktober
Juichigatsu 11月 (十一月) November
Junigatsu 12月 (十二月) Desember

Dan Berikut nama nama hari nya :


Nama hari 日本語 Arti
Nichiyobi 日曜日 Minggu
Getsuyobi 月曜日 Senin
Kayobi 火曜日 Selasa
Suiyobi 水曜日 Rabu
Mokuyobi 木曜日 Kamis
Kinyobi 金曜日 Jumat
Doyobi 土曜日 Sabtu


Penamaan zaman di Jepang diatur oleh Instruksi Kabinet (seirei), berdasarkan permulaan pemerintahan kaisar. Sebelum zaman Meiji, seorang kaisar Jepang dapat memiliki lebih dari satu nama zaman.

Contoh-contoh zaman yang dimulai sejak zaman Meiji adalah sebagai berikut:
  • Meiji (明治): 8 September 1868 hingga 29 Juli 1912
  • Taisho (大正): 30 Juli 1912 hingga 24 Desember 1926
  • Showa (昭和): 25 Desember 1926 hingga 7 Januari 1989
  • Heisei (平成): 8 Januari 1989 hingga 30 April 2019
  • Reiwa (令和): 1 Mei 2019 hingga kini
Penggunaan nama zaman untuk menandai tahun tertentu seringkali digunakan dalam dokumen resmi.
Orang Jepang umumnya lebih terbiasa dengan tahun kelahiran mereka berdasarkan nama zaman daripada tahun Gregorian. Ini disebabkan oleh kewajiban untuk menyebut tahun kelahiran mereka sesuai nama zaman ketika mengisi formulir resmi. Sebagai contoh, orang Jepang yang lahir pada tahun 1987 mungkin lebih mengingat tahun kelahiran mereka sebagai "Tahun Ke-62 Zaman Showa" (昭和62年, Showa rokujuni nen).


OKE

Pada akhirnya, artikel ini menceritakan tentang bagaimana konsep waktu dan musim memiliki makna mendalam dalam budaya Jepang (walalupun dikit ;)). Penggunaan kalender dan perhitungan waktu telah menjadi bagian esensial dari kehidupan sehari-hari, merasuk ke dalam kebiasaan, perayaan, dan nilai-nilai masyarakat. Perjalanan panjang kalender Jepang dari masa lalu hingga modernisasi era Meiji telah membentuk akar budaya yang kaya dan unik.

Dalam harmoni alam dan manusia, puisi Ki no Tsurayuki membawa kita merenungi keindahan setiap musim, sambil menggambarkan perasaan dalam kata-kata tentang angin sejuk musim gugur yang menghembuskan ketenangan. Melalui pandangan Tuan Keisuke Nagata, kita diajak untuk memikirkan kembali hubungan yang dalam antara tradisi, waktu, dan jiwa Jepang.

Dengan merujuk pada sumber yang telah disediakan, kita memahami lebih dalam tentang pengaruh kalender Jepang terhadap kehidupan sehari-hari dan identitas nasional. Bahkan dengan modernisasi yang terus berjalan, jejak kalender lunar tetap hadir dalam festival dan istilah-istilah yang menggambarkan perubahan alam.

Dari penulisan nama zaman hingga perbedaan kalender, kita melihat bagaimana pendekatan unik Jepang terhadap waktu dan musim telah membentuk cara orang Jepang merayakan tradisi mereka. Dalam segala perubahan dan kemajuan, penting untuk tetap menghormati akar budaya yang kaya dan melanjutkan perjalanan ke dalam masa depan sambil mempertahankan nilai-nilai yang diwariskan dari zaman ke zaman. Wallahualam Bissawab

Posting Komentar